29 March 2015

Maukan Kau Pergi Meninggalkanku ?

seketika kau berbisik kepadaku, "jangan menunggu aku lagi". kata-kata itu begitu mulus kau ucapkan, tapi apa kau tau bagaimana darahku mengalir berdesir ketika mendengarnya ? betapa kelu bibirku tuk berkata "kenapa ?", aku hanya bisa terdiam mendengar kata-kata itu dari bibirmu.
pikiranku pun mulai melayang dan bertanya-tanya.
tiba-tiba kau bercerita ini itu, dan seketika ku mulai mengerti apa alasannmu mengatakan demikian. ya membahagiakan orang tua memang sudah jadi tanggung jawab kita, tapi saat kau berkata "jika dia ada saat hari pentingku gmn ?", semakin kelu dan air matapun mengalir begitu saja
kau tau apa yang aku pikirkan saat itu ? kenapa masih saja dia ? aku berusaha positif thingking terhadapmu, ya aku tau siapa dia, mungkin saja kau hanya bersikap biasa, tapi sepertinya itu tidak biasa.
sungguh aku tak bisa berkata banyak, meski banyak pemberontakan dalam hati ini, awalnya ku tak ingin menghiraukannya, tapi lama-lama hal itu seperti mengganggu ku.
hujan deras mengiringi langkahku, sampailah aku dirumah. rasanya aku sangat lelah melewati hari ini, bukan fisik yang lelah, melainkan hati ini yang lelah.
seketika ku ingin menghubungi mu, namun kau reject telponku, dan ketika ku hubungi kembali nomormu mulai sibuk, ku kira kau sedang menelponku kembali, tapi tidak. aku menunggu tapi tak ada call bak.
beberapa saat kemudia ku terima pesan darimu, "maaf aq reject telponnya, hapenya sedang aq gunakan untuk theatering". mmm . . . . oke aq terima alasanmu saat itu.
sejam hampir berlalu, tapi kau tak membalas pesanku lagi, aku hanya berpikiran mungkin dia sudah tertidur, aku mencoba menghubunginya kembali, tapi nada sibuk masih terdengar disana.
aku coba dengan nomor lain, dan benar saja aku dapat menghubungimu. tapi . . . . .
kenapa aku mendengar nada "nomor yang anda tuju sedang dalam antrian, cobalah beberapa saat lagi" hah ?? kau sedang menelpon, tapi dengan siapa ? aku semakin bertanya-tanya, kau bilang hapenya sedang kau gunakan untuk theatering, tapi itu ?
aku bisa menebaknya dengan siapa kau bertelpon diujung sana, ya Tuhan . . . .
aku semakin tak bisa menahan apa yang ada didada, kenapa dia masih seperti itu terhadapku, kenapa dia membohongiku ?
apa ini jawabannya ? saat kau katakan padaku untuk tidak menunggumu, berulang kali kau mengisyaratkan aku untuk pergi, apa ini jawabannya ? kau pasti akan berkata tidak, dan bilang "terserah qm mau bilang apa" sepertinya aku sudah hafal dengan kata-kata itu.
pantas saja kau bersih keras inginkan aku pergi, kenapa tidak kau saja yang pergi jika memang kau masih ingin bersamanya, apa kau takut melukaiku ? tapi kau sudah melukaiku sangat dalam.
banyak hal tentang dia yang masih saja mengikuti, ini dan itu, dengan banyak dalil yang kau lontarkan. adik dan teman dekat, apa maksudnya ? bukankah itu masih spesial ?
aku tak mengerti, kenapa kau masih seperti itu, kau tak menghargaiku.
dia, apa dia alasanmu dibalik semua ini, apa dia alasannya mengapa kau ingin aku pergi, apa karna dia, bahkan kau tak ingin menghapus semua tentang dia, apa dia masih ada dihatimu, dan apakah kau masih mengharapkan dan mencintai dia ? pikiran itu sangat mengganggu ku.
semua kejadian seperti ada sangkut pautnya, jika dia tidak lagi siapa-siapamu, lantas kenapa kau ingin dia tetap ada ? kau bisa saja menolaknya jika memang kau dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa, tapi yang aku lihat tidak demikian.
apa mungkin aku harus pergi saja ? itu kah yang kau inginkan ? agar kau bisa tenang dengannya.
sungguh sangat pahit menerima kebohongan yang ada, sungguh sangat hancur hati ini ketika mengetahuih orang yang selama ini disayanginya, masih tetap berhubungan sangat dekat dengan orang yang seharusnya tidak lagi dengannya.
aku tak bisa menyalahkannya, tapi kau lah yang seharusnya berkaca. kau lah yang seharusnya bersikap tegas atas semua keputusan yang sudah kau ambil kala itu, tapi kau seperti tidak ingin bertanggung jawab atas hal ini.
kau hanya bisa berkata "kau boleh pergi jika kau mau".