28 September 2012

HARGAI AKU


Langkah tersusun semakin menjauh
melaju tanpa terarah
dia semakin terhempas jauh terbawa angin
dia tak menoleh, karena dirmu tak memanggilnya

“sampai jumpa, mungkin kau sudah tak membutuhkanku” bisiknya dalam diam. Hatinya terasa berat kala dia mencoba meninggalkanmu, air mata terjatuh dari kedua bola matanya yang bulat, mata yang berkaca-kaca cukup menggambarkan bagaimana keadaannya.

“apa kau akan merindukanku ?” bisik batinnya.


Kau tak mencarinya, mungkin kau menganggapnya itu hal biasa. Tak taukah kau bahwa dirinya telah pergi. Hari berganti hari, namun kau masih tak mencarinya.

“ini kan tulisannya dia” tanyamu pada diri sendiri sambil melihat secarcik kertas yang pernah di buatnya untuk mu.

“dia kemana ya? Qo ga kaya biasanya. Biasanya dia selalu sms / chat aku.” sadarnya terlambat. Batinnya terasa berkecamuk, entah apa yang kau rasakan tak bisa kau gambarkan dan itu perasaan yang tak enak.

Dia telah pergi ke kampung halamannya, dan tak meninggal pesan sedikitpun untukmu. Kau berusaha menghubunginya, namun semua sudah terputus. Dia sudah tak dapat dihubungi, terlihat wajah lusu didirimu.

Dia atau yang sering kau temui, yang sering mengusikmu benar-benar telah pergi, dia adalah orang yang selalu ada utukmu, memperhatikan setiap garakmu, mengagumi mu, dan selalu menanti dirimu.
Lama sudah dia melakukan itu, namun kau tak pernah peduli penuh padanya, mengabaikannya, bahkan tak mencarinya kala dia tak ada kabar 1 hari saja.
Namun dia selalu khawatir saat tak ada kabar darimu, ya dia takut terjadi sesuatu padamu. Dia lebih mengenal mu di bandingkan dirimu sendiri.

Batinmu terasa gelisah, kau baru menyadari kala dirinya telah pergi, kau baru menyadari apa itu kehilangan. Kau bingung harus berbuat apa, sementara semua tentangnya telah hilang terputus.
Hari-harimu terasa semu, dia tak lagi mengusik harimu.
“maafin aku....kamu dimana?? aku kangen sama kamu, aku janji tak akan mengabaikamu lagi kalau kita sama-sama nanti” isakmu di sudut kamar.

Hidupmu terasa tak bergairah, dan tiba-tiba saja kau teringat akan sesuatu yang pernah di ucapkannya. “nanti kalau sudah lulus aku mau balik lagi ah ke kampung halaman..”
“kenapa balik ?”
“disana aku lebih nyaman, disana tempat yang paling tenang, tak seperti disini. Aku ingin mengabdikan diri disana, aku ingin membangun desa ku“
hempasnya jauh mengingat kata-kata yang pernah di ucapkannya.

Kau tekadkan untuk mencoba pergi ke kampung halamannya, semangat menggebu tiba-tiba timbul di hatimu. Kau akan menjemputnya, kau tak sabar ingin menemuinya.

Dia sudah hampir terbiasa hidup tanpa mu, meski kadang hatinya merindukanmu dan pikirannya selalu tertuju padamu.

Malam itu kau tiba di rumahnya, entah angin apa yang hadir malam itu. Udara terasa sangat dingin, hening mencekam. Tak percaya kau ada dirumahnya, dan berdiri di depannya.
Tak tersadar air matamu terjatuh saat berhadapan dengannya, begitu juga dengannya.

“maafkan aku, aku sudah mengabaikanmu, aku sudah tak memperdulikanmu, aku sadar aku salah. Aku baru menyadari bahwa kau sangat berarti untukku” ucapmu sambil memegang bahunya.

Dia hanya bisa menangis, terharu akan ucapanmu. Dia memelukmu dan berkata “aku sudah memaafkanmu, aku tak pernah marah padamu. Jangan abaikan aku lagi ya, karena belum tentu orang yang menyayangimu bisa selalu ada disisimu”.
Kami terhanyut dalam suasana ini, tak perlu kata tuk mengungkapkan karenan semua sudah tergambar dalam bahasa diam ini...

T A M A T.....

No comments:

Post a Comment