Langkah tersusun semakin menjauh
melaju tanpa terarah
dia semakin terhempas jauh terbawa
angin
dia tak menoleh, karena dirmu tak
memanggilnya
“sampai jumpa, mungkin kau sudah tak
membutuhkanku” bisiknya dalam diam. Hatinya terasa berat kala dia
mencoba meninggalkanmu, air mata terjatuh dari kedua bola matanya
yang bulat, mata yang berkaca-kaca cukup menggambarkan bagaimana
keadaannya.
“apa kau akan merindukanku ?” bisik
batinnya.
Kau tak mencarinya, mungkin kau
menganggapnya itu hal biasa. Tak taukah kau bahwa dirinya telah
pergi. Hari berganti hari, namun kau masih tak mencarinya.
“ini kan tulisannya dia” tanyamu
pada diri sendiri sambil melihat secarcik kertas yang pernah di
buatnya untuk mu.
“dia kemana ya? Qo ga kaya biasanya.
Biasanya dia selalu sms / chat aku.” sadarnya terlambat. Batinnya
terasa berkecamuk, entah apa yang kau rasakan tak bisa kau gambarkan
dan itu perasaan yang tak enak.
Dia telah pergi ke kampung halamannya,
dan tak meninggal pesan sedikitpun untukmu. Kau berusaha
menghubunginya, namun semua sudah terputus. Dia sudah tak dapat
dihubungi, terlihat wajah lusu didirimu.
Dia atau yang sering kau temui, yang
sering mengusikmu benar-benar telah pergi, dia adalah orang yang
selalu ada utukmu, memperhatikan setiap garakmu, mengagumi mu, dan
selalu menanti dirimu.
Lama sudah dia melakukan itu, namun kau
tak pernah peduli penuh padanya, mengabaikannya, bahkan tak
mencarinya kala dia tak ada kabar 1 hari saja.
Namun dia selalu khawatir saat tak ada
kabar darimu, ya dia takut terjadi sesuatu padamu. Dia lebih mengenal
mu di bandingkan dirimu sendiri.
Batinmu terasa gelisah, kau baru
menyadari kala dirinya telah pergi, kau baru menyadari apa itu
kehilangan. Kau bingung harus berbuat apa, sementara semua tentangnya
telah hilang terputus.
Hari-harimu terasa semu, dia tak lagi
mengusik harimu.
“maafin aku....kamu dimana?? aku
kangen sama kamu, aku janji tak akan mengabaikamu lagi kalau kita
sama-sama nanti” isakmu di sudut kamar.
Hidupmu terasa tak bergairah, dan
tiba-tiba saja kau teringat akan sesuatu yang pernah di ucapkannya.
“nanti kalau sudah lulus aku mau balik lagi ah ke kampung
halaman..”
“kenapa balik ?”
“disana aku lebih nyaman, disana
tempat yang paling tenang, tak seperti disini. Aku ingin mengabdikan
diri disana, aku ingin membangun desa ku“
hempasnya jauh mengingat kata-kata yang
pernah di ucapkannya.
Kau tekadkan untuk mencoba pergi ke
kampung halamannya, semangat menggebu tiba-tiba timbul di hatimu. Kau
akan menjemputnya, kau tak sabar ingin menemuinya.
Dia sudah hampir terbiasa hidup tanpa
mu, meski kadang hatinya merindukanmu dan pikirannya selalu tertuju
padamu.
Malam itu kau tiba di rumahnya, entah
angin apa yang hadir malam itu. Udara terasa sangat dingin, hening
mencekam. Tak percaya kau ada dirumahnya, dan berdiri di depannya.
Tak tersadar air matamu terjatuh saat
berhadapan dengannya, begitu juga dengannya.
“maafkan aku, aku sudah
mengabaikanmu, aku sudah tak memperdulikanmu, aku sadar aku salah.
Aku baru menyadari bahwa kau sangat berarti untukku” ucapmu sambil
memegang bahunya.
Dia hanya bisa menangis, terharu akan
ucapanmu. Dia memelukmu dan berkata “aku sudah memaafkanmu, aku tak
pernah marah padamu. Jangan abaikan aku lagi ya, karena belum tentu
orang yang menyayangimu bisa selalu ada disisimu”.
Kami terhanyut dalam suasana ini, tak
perlu kata tuk mengungkapkan karenan semua sudah tergambar dalam
bahasa diam ini...
T A M A T.....
No comments:
Post a Comment